Jumat, 28 Januari 2011

PERKEMBANGAN BUNGA MENJADI BUAH LAMTORO (Leucaena glauca)



 Disusun Oleh : Riza Sativani, dkk

A.     Ciri Umum
Nama daerah dari Leucaena glauca antara lain adalah :
a.     Sumatera-Jawa : pete selong, pete china, lamtoro, metir, kemlandingan,
b.    Sunda-Madura : selamtara, peuteuy china, peuteuy selong, kamalandingan
c.     Asing (Inggris) : wild tamarind
Leucaena glauca berasal dari Amerika Tropis, biasa ditemukan di pekarangan sebagai tanaman pagar atau tanaman peneduh, kadang tambah liar dan dapat ditemukan dari 1-1500 m di atas permukaan laut. Leucaena glauca merupakan tumbuhan berkayu (lignaceus) atau merupakan tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar. Tingginya mencapai 2-10 m, ranting berbentuk bulat silindris, dan ujungnya berambut rapat. Daunnya majemuk, menyirip genap ganda. Anak daun ukurannya kecil-kecil, terdiri dari 5-20 pasang, berbentuk bulat lanset, ujung runcing, tepi rata. Permukaan bawah daun berwarna hijau kebiruan, panjangnya 6-21 mm, lebarnya 2-5 mm. Bunganya berbentuk bonggol yang bertangkai panjang berwarna putih kekuningan dan, terangkai dalam karangan bunga majemuk. Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut cengkaruk. Buahnya mirip dengan buah petai, namun ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Buah lamtoro termasuk buah polong, pipih, dan tipis, bertangkai pendek, panjangnya 10-18 cm, lebar sekitar 2 cm, berisi biji-biji kecil yang cukup banyak dan diantara biji ada sekat. Leucaena glauca ini memiliki tipe pengembangbiakan dengan penyebaran biji tua dan stek batang.

Berikut merupakan klasifikasi dari Leucaena glauca:
Kingdom   : Plantae
Divisi         : Magnoliophyta
Kelas        : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo         : Fabales
Family       : Mimosaceae
Genus        : Leucaena
Species     : Leucaena glauca

B.     Deskripsi
Leucaena merupakan tumbuhan sepanjang tahun, tidak memanjat, tegakberupa semak atau pohon kecil, dengan tinggi  5-10 m (jarang yang mencapai 20 m). Tumbuhan ini cepat tumbuh, dengan diameter batang 5-50 cm, kulit pada cabang-cabang muda biasanya  abu-abu-coklat dengan celah vertikal dangkal berwarna oranye sementara cabang yang lebih tua dan batang yang kasar berwarna merah (Hughes 1998a). Pohon ini dapat hidup dari 20 tahun sampai lebih dari 50 (Hughes 2002).
Akar tunggang yang dimiliki panjang, hingga 5 m, kuat dan berkembang dengan baik. Akar rambut yang ada kurang berkembang, dan tanaman tampaknya sangat bergantung pada asosiasi mikoriza untuk serapan hara, vesikular / mikoriza arbuskular dan nodulasi dengan rhizobia, setidaknya selama pengembangan bibit (Brandon dan Shelton 1993).
Daun hijau bipinnate teratur secara bergantian di sepanjang batang. Daun petiola memiliki panjang 10-25 cm, dengan 4-9 pasang pinna per daun, dan 13-21 pasang lembaran  per pinna (Gambar 1). Spesies ini fakultatif berganti daun; mereka dengan cepat dapat menggugurkan lembaran daun sebagai respons terhadap stres lingkungan (Rosecrance 1990). Lembaran ini berwarna abu-abu-hijau, dengan panjang 1-2 cm, lebarnya kurang dari 0,3 cm, dan mirip oblong dalam bentuk lanset. Daun menghasilkan bau ketika dihancurkan. Semua daun memiliki kelenjar di tangkai daun, disebut 'extrafloral nectaries' karena mereka berada pada daun dan mengeluarkan nektar. Kelenjar tangkai daun dari Leucaena sp  berbentuk tunggal dan berbentuk cangkir cekung, dan memiliki pori yang luas.
Bunga individu kecil dan berwarna krim putih, dengan benang sari bebas berjumlah sepuluh per bunga dan kepala putik berbulu. Bunga-bunga kecil tersebut diatur 100-180 perkelompok sehingga terlihat seperti kepala yang bulat yang berdiameter 12-21 mm di ujung tangkai yang panjang. Bunga yang hermaprodit, sebagian besar melakukan penyerbukan sendiri dan self-kompatibel. Kepala bunga berada dalam kelompok 2-6. Bunga berada pada tunas muda yang aktif tumbuh, dengan daun berkembang pada saat yang sama dengan bunga.
Biji berbentuk polong terletak merata dan kecil dan satu sama lain dibatasi oleh pembatas. Berawal dari biji kecil yang berwarna hijau, mereka akhirnya menjadi hitam dan keras bila sudah tua. Panjangnya sekitar 11-19 cm dan lebarnya 1,5-2,1.

C.     Habitat
Leucaena pada dasarnya adalah spesies tropis yang membutuhkan suhu hangat (25-30 oC) untuk pertumbuhan yang optimal, dengan toleransi dingin miskin dan secara signifikan mengurangi pertumbuhan selama bulan-bulan musim dingin di daerah beriklim sedang (Hughes 1998a). Karena intoleransi dingin, Leucaena terbatas pada ketinggian di bawah 500 m. Leucaena dapat tumbuh di daerah-daerah di atas 500-1000 m dengan mean temps tahunan di bawah 22 oC, tapi pertumbuhan ekonomi melambat dan biji kurang diatur. Di Queensland yang Lamtoro tumbuh dalam batas toleransi iklim di daerah dengan curah hujan yang rendah dan musim salju dan musim dingin karena tanah lebih cocok. Hal ini dikembangkan terutama di Queensland pusat, 100-300 km dari pantai, pada tanah lempung alkali dengan curah hujan tahunan sebesar 600-750 mm.
Leucaena tumbuh di berbagai tanah subur baik keringkan, dalam, termasuk batu kapur dan tanah alkali lainnya serta tanah vulkanik. Subspesies ini suka terganggu situs dan akan tumbuh di daerah lembab terganggu, tapi tidak akan menjadi spesies dominan. Leucaena tidak tumbuh dengan baik pada tanah dupleks lapisan tanah dangkal dengan tanah liat di dekat permukaan akibat kejenuhan mungkin. Sebuah tingkat toleransi garam

D.    Morfologi Leucaena glauca
Lamtoro berbeda dari anggota lain dari genus yang memiliki keragaman dalam intraspesifik dalam ukuran dan bentuk pohon. Lamtoro memiliki ukuran tanaman kecil (kurang dari 5 m) dan bercabang. Batang utama hingga 5 m, percabangan vertikal sudut dan sebuah mahkota sempit, terbuka, tinggi 3-15 m dengan diameter batang 10-50 cm. Tanaman menyebar jika tumbuh secara individual.

Daun Leucaena glauca merupakan daun majemuk menyirip genap ganda dua dengan sempurna (Gembong, 1985), karena anak daunnya tersusun menyirip, jumlah anak daunnya berpasang-pasangan di kanan-kiri ibu tulang daun, anak daunnya duduk pada cabang tingkat satu dari ibu tangkai, dan tidak ada satu anak daun pun yang duduk pada ibu tangkai. Ibu tangkai daun mempunyai panjang kira-kira 10-25 cm, dengan 4-9 pasang tangkai anak daun, dan dengan 13-21 buah anak daun. Anak daun berbentuk lanset dengan panjang 1-2 cm dan lebarnya kurang dari 0,3 cm.
Leucaena glauca memiliki bunga yang berbentuk bulat seperti bola yang sebenarnya pada bentukan bola itu terdiri atas banyak bunga. Masing-masing bunga menjadi satu membentuk satu kesatuan berbentuk bola, sehingga disebut dengan bunga bongkol. Tiap-tiap bongkol tersusun dari 100-180 kuntum bunga, membentuk bola berwarna putih atau kekuningan berdiameter 12-21 mm. Bunga Leucaena glauca ini bertangkai dan memiliki warna putih. Bunga Leucaena glauca merupakan bunga yang lengkap, yaitu memiliki semua bagian bunga, antara lain kelopak, mahkota, benang sari dan putik. Kelopak sangat kecil, bergigi empat, seperti selaput putih. Tabung mahkota kecil, bertaju empat, seperti selaput putih. Bunga muda memiliki 10 stamen dan anthera yang  berambut. Keunikannnya dibandingkan dengan suku Legum lainnya adalah antera yang berambut ini mudah dilihat dengan mata dan yang kedua memilki permukaan pollen yang halus dan sedikit ornamentasi.  Karena bunga ini juga memiliki benang sari dan putik pada satu bunga, maka dapat disebut bahwa bunga Leucaena glauca ini merupakan bunga hermaprodit atau banci dan bunga yang sempurna.
Bunga Leucana glauca ini sebagian besar melakukan penyerbukan sendiri ataupun penyerbukan antar bunga lain (tetangga). Penyerbukannya dibantu oleh angin (Anemophili), hal ini karena struktur dari serbuk sari yang ringan, sehingga mudah diterbangkan oleh angin.
Berikut merupakan gambar struktur bunga  dan biji Leucaena glauca

E.     Perkembangan Bunga Leucaena glauca


Bunga Leucaena glauca merupakan bunga bongkol majemuk, yang ketika muda tiap-tiap satuan bunga terbungkus oleh kelopak bunga, sehingga nampak hijau. Bunga Leucaena glauca muda nampak seperti seperti buah hijau yang bulat. Seiring perkembangannya, bunga Leucaena glauca yang berupa bulatan kecil membesar dan akhirnya terlihat struktur satuan bunganya. Ketika satuan bunga Leucaena glauca mekar, kelopak bunga yang menutupinya membuka dan terlihat kumpulan bunga berwarna putih.
Bunga bongkol Leucaena glauca yang telah masak, tidak semuanya berhasil dalam proses pembuahan dan hanya beberapa saja yang berhasil menjadi buah (kebanyakan tidak mencapai 10 buah). Setelah bunga dibuahi, maka perhiasan bunga akan layu dan mengering yang akhirnya gugur seiring perkembangannya. Buah yang terbentuk akan tumbuh menjadi buah polong yang tangkainya bersatu pada dasar bunga.
Buah muda berwarna hijau muda dan lunak, seiring perkembangannya buah membesar dengan kulit hijau muda, keras, dan mengkilat. Lama-kelamaan, buah akan berubah warna menjadi kecoklatan dan akhirnya menghitam dan kering yang menyebabkan daging buah membuka di kedua sisinya dan mengeluarkan biji yang berwarna coklat tua untuk menghasilkan individu baru.

F.      Fenologi
Genus Leucaena memiliki fase muda yang singkat daripada tumbuhan berkayu lainnya, dikarenakan dapat mulai berbunga pada usia 3-4 bulan setelah tanam. Tingkat kedewasaan yang apling cepat pada genus Leucaena ini adalah Leucaena glauca yang dapat berbunga pada usia 2-4 bulan setelah tanam.
Periode vegetatif (periode dari tumbuhnya daun hingga menjadi kuncup bunga pertama) untuk Leucaena glauca adalah 80-139 hari. Mulai dari berbuah (periode dari kuncup bunga pertama hingga polong pertama) 32-48 dan 24-62 hari, dan permulaan kematangan (dari buah pertama hingga pematangan polong) adalah 100 hari dan 75-115 hari masing-masing untuk dua subspesies (Kaminski et al 2000).
Pembentukan bunga pada Leucaena leucocephala tampaknya tidak tergantung pada faktor lingkungan, karena dapat dilaksanakan secara terus menerus, dengan menghasilkan bunga dan produksi benih yang terjadi sepanjang tahun, dan umumnya siklus ini terjadi setiap enam bulan.

G.    Floral biologi, benih dan penyebaran
Bunga bongkol Leucaena berisi kumpulan bunga hermaprodit yang kecil dan berwarna putih. Bunga-bunga ini sebagian besar self-fertilised dan self-compatible yang mendukung produksi benih meskipun pada individu yang terisolasi masih bisa melakukan penyerbukan sendiri. Unur bung Leucaena hanya bertahan satu har, mekar pada malam hari, dan benang sari dijulurkan hingga melebihi atau sama panjangnya dengan putik di pagi hari. Kumpulan tepung sari jatuh langsung pada stigma dan serbuk sari terkumpul dalam ruang stigma, tempat serbuk sari berkecambah. Hal tersebut menjamin keberhasilan penyerbukan sendiri (self-fertilised) yang tinggi.
Dalam waktu satu jam benang sari telah ditarik kembali ke posisi semula yang lebih rendah dari putik. Pollinator, seperti lebah yang menyebabkan terjadinya penyerbukan silang, umumnya jarang terjadi, Pada pertengahan sore hari, anther telah berubah coklat dan ditarik kembali. Tidak ada bunga yang akan mekar sampai pagi berikutnya. Leucaena tidak memerlukan polinator seperti lebah maupun serangga lain.
Setelah biji masak, daging buah membuka secara simultan di kedua sisinya. Karena itu, penyebaran benih sebagian besar secara pasif yaitu oleh gaya gravitasi bumi yang dapat menjatuhkan benih ketika polong terbuka. Benih tersebar umumnya kurang dari 20 m, jika tanpa bantuan faktor lain. Angin membantu persebaran biji Leucaena hingga lebih dari 100 m dari tanaman induk. Faktor lain yang membantu penyebaran secara alami adalah air; sedangkan penyebaran yang disengaja oleh bisa dilakukan manusia yang bertujuan untuk budidaya dalam perdagangan, pembibitan,  pertanian dan agroforestri. Hewan termasuk burung, tikus dan ternak dapat menjadi agen persebaran benih Leucaena.

H.    Manfaat Leucaena glauca
Khasiat lamtoro, antara lain, untuk mengatasi diabetes, susah tidur, radang ginjal, disentri, meningkatkan gairah seksualitas, cacingan, peluruh haid, herpes zoster, luka terpukul, bisul, eksim, patah tulang, tertusuk kayu, bambu dan pembengkakan.
Biji lamtoro juga digunakan sebagai sayur dan makanan tradisional. Pohon lamtoro banyak digunakan sebagai tanaman penghijauan di pinggir jalan dan daerah persawahan.

DAFTAR PUSTAKA

Hughes, C.E. 1998a, 'Leucaena: A Genetic Resources Handbook', Tropical Forestry Paper No. 37, Oxford Forestry Institute, Oxford, U.K.

Kaminski, PE, Schifino-Wittmann, MT and Paim, NR 2000, 'Phenology of species of the multipurpose tree genus Leucaena Benth. (Leguminosae) growing outside their nativerange', LEUCNET News.

Walton, C.S. 2003. Leucaena in Queensland. Queensland: Natural Resources ang Mind-Queensland Government

1 komentar:

Tulis Komentar !!!