BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daun pepaya merupakan salah satu bahan sayur mayur yang digemari oleh masyarakat pada umumnya. Hal ini kebanyakan karena rasa pahit yang terkandung dalam daun pepaya. Namun ada juga masyarakat yang tidak menyukai daun pepaya karena rasa pahitnya. Padahal kandungan daun pepaya sangat baik bagi kesehatan tubuh, diantaranya vitamin A,B,C, kalori, protein, kalsium, dan karposide yang berkhasiat untuk obat anti parasit, dan getah pada daun pepaya dapat mengatasi kanker.
Masyarakat sekarang pada umumnya menggunakan bleng atau garam sebagai alternatife penghilang rasa pahit pada daun pepaya agar mereka dapat mendapat manfaat dari kandungan daun pepaya. Namun, permasalahannya adalah kita tidak bisa sembarangan menggunakan bahan alternatife yang mengandung bahan kimia untuk menghilangkan rasa pahit pada daun pepaya. Kita bisa menggunakan bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar kita untuk menghilangkan rasa pahit pada daun pepaya, misalnya tanah lempung.
Tanah lempung adalah salah satu bahan alternatife penghilang rasa pahit pada daun pepaya yang tentunya lebih mudah diperoleh dan lebih ekonomis daripada bleng. Orang-orang zaman dahulu, sering menggunakan tanah lempung untuk penghilang rasa pahit pada daun pepaya karena saat itu belum ada alternatife khusus penghilang rasa pahit seperti bleng yang kita kenal saat ini. Namun, saat ini pun masih ada beberapa masyarakat yang memanfaatkan tanah lempung untuk menghilangkan rasa pahit pada daun pepaya.
Penulis mengangkat tema ini karena waktu kecil sampai saat ini keluarga penulis sering menggunakan tanah lempung untuk menghilangkan rasa pahit. Dan sekarang telah beredar adanya bleng yang mengandung bahan kimia di dalamnya dan garam yang kurang baik bagi penderita hipertensi. Apakah tanah lempung lebih efektif digunakan daripada bleng dan garam untuk menghilangkan rasa pahit pada daun pepaya ? Penulis akan mencoba untuk memaparkannya lebih jauh.
B. Identifikasi Masalah
Dari pengamatan yang dilakukan, penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah, diantaranya :
1. Efektif tidaknya penggunaan tanah lempung sebagai alternatife penghilang rasa pahit pada daun pepaya.
2. Perbandingan kriteria penggunaan tanah lempung, bleng ataupun garam sebagai alternatife penghilang rasa pahit pada daun pepaya.
3. Perbandingan efek samping penggunaan tanah lempung, bleng maupun garam.
4. Kandungan tanah lempung
5. Kandungan zat kimia pada bleng.
6. Kandungan garam.
7. Pengaruh penggunaan bleng dan garam bagi kesehatan.
C. Batasan Masalah
Dari beberapa masalah yang diidentifikasi, penulis hanya membatasi masalah meliputi efektif tidaknya penggunaan tanah lempung sebagai penghilang rasa pahit pada daun pepaya, perbandingan efek samping penggunaan tanah lempung dengan penggunaan bleng maupun garam, serta perbandingan kriteria penggunaan tanah lempung, bleng dan garam.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, penulis dapat merumuskan beberapa masalah, sebagai berikut :
1. Apakah tanah lempung efektif digunakan sebagai alternatife penghilang rasa pahit pada daun pepaya ?
- Bagaimana perbandingan krietria penggunaan tanah lempung, bleng dan garam ?
- Bagaimana perbandingan efek samping penggunaan tanah lempung, bleng, maupun garam?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
- Untuk mengetahui efektifitas penggunaan tanah lempung sebagai alternatife penghilang rasa pahit pada daun pepaya.
- Untuk mengetahui perbandingan efek samping penggunaan tanah lempung, bleng ataupun garam.
- Untuk mengetahui apakah tanah lempung layak digunakan sebagai alternatife penghilang rasa pahit pada daun pepaya jika dibandingkan dengan bleng dan garam.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian karya tulis ini adalah agar pembaca lebih mengenal manfaat tanah lempung sebagai alternatife penghilang rasa pahit pada daun pepaya, bahaya penggunaan bleng maupun garam serta efek samping yang timbulkan bagi kesehatan.
G. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan karya tulis ini, metode yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Serta menganalisis data dari dasar teori yang telah ada.
H. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut : “Tanah lempung lebih efektif sebagai alternatife penghilang rasa pahit pada daun pepaya jika dibandingkan dengan bleng dan garam”
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Tanah Lempung
Lempung adalah fraksi dari komponen tanah yang diameternya kurang dari 0,002 mm. Tanah lempung adalah tanah yang mengandung lempung lebih dari 40 %. Tanah ini bewrwarna hitam karena kandungan mangaan ( Mn ) yang tinggi. Bila tanah lempung ini dilarutkan dalam air maka akan membentuk kolloidal. Salah satu sifat yang penting bagi kolloidal adalah bahwa partikel-partikelnya bermuatan listrik. Fraksi lempung bermuatan listrik negatif. Listrik negatif menarik muatan listrik positif. Peristiwa absorpsi ini yang menyebabkan berkurangnya kandungan alkaloid carpaine pada daun pepaya.
B. Daun Pepaya
1. Definisi Carica Papaya
Pepaya (Carica papaya) merupakan tumbuhan yang berbatang tegak dan basah. Pepaya ini menyerupai palma, bunganya putih dan buahnya yang masak berwarna kuning sampai kemerahan rasanya seperti buah melon. Tinggi pohon ini biasanya mencapai 8-10 meter dengan akar kuat. Helaian daunnya menyerupai telapak tangan manusia. Rongga dalam pada buah pepaya berbentuk bintang apabila penampang buahnya dipotong melintang.
Daun pepaya lebih dimanfaatkan untuk pengempukan daging mentah dengan mengeluarkan getah / latex yang terdapat pada daun. Hal ini disebabkan karena enzim papain yang terdapat pada getah mampu menghidrolisis kolagen dalam daging, sehingga bentuknya menjadi lebih kendur dan lebih lunak. Pengeluaran getah secara alami biasanya dengan cara digosok-gosokan pada permukaan daging. Namun saat ini getah yang terdapat dalam daun dan buah pepaya mentah diekstrak untuk dimanfaatkan sebagai bahan campuran pengempuk daging secara komersial.
2. Taksonomi Tanaman Pepaya
Kingdom : Plantae ( tumbuh-tumbuhan )
Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Sub-divisi : Angiosperma ( biji tertutup )
Kelas : Dicotyledonae ( biji berkeping dua )
Ordo : Caricales
Famili : Caricaceae
Spesies : Carica papaya
3. Kandungan Daun Pepaya Dalam Setiap 100 gram Bahan
Tabel 1. Kandungan Gzi Daun Pepaya Dalam Setiap 100 gram Bahan
KOMPOSISI GIZI | KANDUNGAN GIZI |
Kalori | 79.00 kal |
Protein | 8.00 gr |
Lemak | 2.00 gr |
Karboidrat | 11.90 gr |
Kalsium | 353.00 mg |
Fosfor | 63.00 mg |
Zat besi | 0.80 mg |
Vitamin A | 18.250.00 S.I |
Vitamin B1 | 0.15 mg |
Vitamin C | 140.00 mg |
Air | 75.40 gr |
Hidrat arang | 11.90 gr |
4. Kegunaan Tanaman Pepaya
a. Sebagai pengontrol tekanan darah.
Caranya yaitu dengan direbus. Hasil rebusan diminum dengan menambahkan gula merah atau madu.
b. Untuk obat demam berdarah.
Caranya dengan direbus dan ditambahkan temulawak, gula merah dan meniran.
c. Obat nyeri perut saat haid.
Caranya dengan direbus dan menambahkan buah asam dan garam.
d. Mengobati batu ginjal.
Caranya dengan direbus. Hasil rebusan diminum.
e. Mengobati hipertensi ( tekanan darah tinggi ).
Caranya dengan diseduh dan ditambahkan bunga tapakdara kemudian disaring.
f. Mengobati malaria.
Caranya dengan menambahkan tempe busuk dan garam. Bahan tersebut ditumbuk, diperas dan disaring untuk diambil daunnya.
g. Mengobati keputihan.
Caranya dengan menambahkan akar rumput alang-alang dan adas pulosari.Bahan tersebut direbus.
h. Mengatasi malnutrisi.
Caranya dengan menambahkan daun dadap serep dan kapur sirih kemudian ditumbuk dan digunakan sebagai bedak, dioleskan pada perut balita.
i. Untuk obat cacing.
Caranya dengan makan satu sendok biji buah pepaya dalam keadaan perut yang kosong.
C. BLENG
Boraks merupakan salah satu zat aditif pada makanan. Yakni zat yang ditambahkan dan dicampurkan pada makanan sewaktu pengolahan makanan dengan maksud untuk menarik (pewarna), menambah selera (pemanis), menyedapkan (penyedap), mengurang rasa pahit, mengharumkan dan sebagai pengawet makanan serta pengenyal. Boraks yang dipergunakan sebagai pengenyal berupa sodium boraks, yang dalam istilah awamnya disebut bleng.
Daun pepaya dan daun singkong yang telah masak dan dijual di pasar-pasar tradisional juga disinyalir cara memasaknya ditambahkan bleng atau sodium boraks supaya cepat lunak.
Namun dari alternatif tersebut pemakaian bleng/sodium boraks yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping. Jika pemakaian sedikit, memang tidak mengapa. Tetapi jika pemakaian berlebihan akan menimbulkan dampak terkontaminasinya organ tubuh. Dengan artian bleng/sodium boraks akan terakumulasi dalam tubuh dan tidak dapat keluar dari tubuh.
D.GARAM
Dalam kimia,garam ialah senyawa netral yang terdiri dari ion ion. Dalam garam dapur terkandung unsur sodium dan chlor (NaCl). Unsur sodium penting untuk mengatur keseimbangan cairan di dalam tubuh, selain bertugas dalam transmisi saraf dan kerja otot.
Tubuh membutuhkan kurang dari tujuh gram garam dapur sehari atau setara dengan 3.000 mg sodium. Kebanyakan menu harian kita memberi berlipat-lipat kali lebih banyak dari itu.
Satu sendok teh garam dapur berisi 2.000 mg sodium. Sodium yang terkandung dalam setiap menu modern rata-rata sekitar 500 mg. Pada takaran itu ginjal sudah perlu lembur untuk tetap mempertahankan keseimbangan cairan dan asam-basa agar mesin tubuh tak kacau dari penyakit akibat kelebihan sodium tidak sampai muncul.
Selain meninggikan tekanan darah, kerja ginjal jadi jauh lebih berat untuk membuangnya. Jika sangat berlebihan bisa bikin pikiran kacau dan jatuh koma.
Bukan cuma darah tinggi, orang yang mengidap penyakit jantung dan tungkainya bengkak, perlu membatasi asupan sodium juga. Begitu juga jika mengidap penyakit ginjal, keracunan kehamilan (toxemia gravidarum), dan gangguan hati. Termasuk mereka yang sedang menjalani terapi dengan obat golongan corticosteroid (pasien asam kena penyakit autoimmune, kulit, ginjal (nephriticsyndrome).Selain itu, banyak gangguan yang meninggikan kadar sodium dalam darah (hypernatremia), seperti pada penyakit diabetes insipidus (kencing terus), gagal ginjal menahun, kelebihan zat kapur (hypercalcemia), atau kekurangan kalium (hypokalemia), termasuk jika tubuh kehilangan cairan seperti pada banyak berkeringat, diare, dan penyakit kurang minum (gangguan rasa haus). Dan tentu banyak makan garam, tanpa dibarengi kecukupan minum.
Namun, jika pantang garam kelewat ketat bisa berbahaya juga. Kekurangan sodium dan chlor secara drastis bisa menjadi beban lain bagi ginjal, dengan gejala pembengkakan (oedema) juga. Kaki bengkak lantaran penyakit jantung, hati, atau ginjal, berbeda dengan bengkak sebab kekurangan sodium.
Yang pantang sodium dibagi menjadi pantang ketat, cukup 500 gram sodium setara dengan 1,5 gram garam dapur, pantang sedang 800 gram (2 gram), dan pantang ringan 2.000 gram (5 gram).
Yang pantang sodium dibagi menjadi pantang ketat, cukup 500 gram sodium setara dengan 1,5 gram garam dapur, pantang sedang 800 gram (2 gram), dan pantang ringan 2.000 gram (5 gram).
Garam (NaCl) terjadi dari air laut yang memiliki salin yang cukup tinggi yang kemudian terevaporasi membentuk endapan garam. Di Indonesia garam diproduksi dengan cara mengalirkan air laut ke petakan-petakan dan ditampung. Akibat terik matahari air tersebut menguap dan akhirnya menyisakan garam waluapun masih berkualitas rendah.
Komposisi mineral ini adalah NaCl (Na = 39,34 %, CI2 60,66 %), dengan ciri fisik diantaranya adalah : warna : putih, putih kotor, bentuk kristal isometrik, hexagonal, Ref. Index: 1,554, kekerasan sekitar 2, BJ 2,168.
Penggunaan : untuk berbagai keperluan, selain untuk dikonsumsi secara langsung oleh manusia, juga dimanfaatkan oleh industri diantaranya ada1ah oleh industri kimia mencapai sekitar 22,70 %, industri pulp dan kertas : 8 %, industri makanan ternak 7 %, industri plastik /fiber: 5 -6 %, industri sabun : 5 -6, dan untuk keperluan industri-industri lainnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian : Botokan, Sendangrejo, Minggir, Sleman, Yogyakarta
2. Waktu penelitian : Jumat, 25 Desember 2007
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah penelitian, eksperimen dan pengumpulan dasar-dasar teori. Penelitian dilakukan dengan cara menguji perbandingan penggunaan tanah lempung dengan bleng dan garam, untuk menghilangkan rasa pahit daun pepaya.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel control : jumlah air dan daun pepaya.
2. Variabel manipulasi : alternatif penghilang rasa pahit (tanah lempung, bleng, garam).
3. Variabel respon : rasa daun pepaya.
D. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat yang digunakan dalam penelitian :
a. Kompor
b. Panci
c. Stopwatch
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian :
a. Daun pepaya
b. Bleng
c. Garam
d. Tanah Lempung
e. Air
E. Cara Kerja
Cara kerja perebusan daun pepaya dengan menggunakan alternatif garam dan bleng (Percobaan I) :
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Masak 2 panci air sebanyak 3 gelas. Beri nama panci A dan panci B.
3. Masukkan garam pada panci A, dan bleng pada panci B.
4. Setelah tercampur rata, masukkan 3 helai daun pepaya pada masing-masing panci.
5. Setelah 5 menit, periksa rasa, keadaan daun dan air.
6. Lakukan hal yang sama pada menit ke-10.
Cara kerja perebusan daun pepaya dengan menngunakan alternatif tanah lempung (Percobaan II) :
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Remas-remas tanah lempung sampai lembek.
3. Masukkan dan campur tanah lempung yang sudah lembek ke dalam 3 gelas air. Kemudian disaring hingga bersih, dan air berwarna kecoklatan.
4. Kemudian rebus air yang kecoklatan itu.
5. Setelah mendidih, masukkan 3 helai daun pepaya.
6. Pada menit ke-5, lakukan pemeriksaan terhadap rasa, keadaan daun dan air.
7. Lakukan hal yang sama pada menit ke-10.
8. Setelah itu, bandingkan rasa,keadaan daun dan air pada percobaan I dan percobaan II.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Perbandingan Hasil Rebusan
Tabel 2. Rebusan Daun Pepaya Dengan Garam
Keadaaan Air | Keadaan Daun | Warna | Rasa | Waktu | No |
Kuning keputih-putihan Kuning keputih-putihan | masih kaku seperti semula masih kaku ( segar ) | masih hijau seperti semula masih tetap hijau | masih pahit pahit sedikit berkurang | 5 menit 10 menit | 1. 2. |
Rebusan Daun Pepaya Dengan Bleng ( Boraks )
Tabel 3. Rebusan Daun Pepaya Dengan Bleng (Boraks)
Keadaan Air | Keadaan Daun | Warna | Rasa | Waktu | No. |
Kekuningan karena pengaruh bleng Kuning kemerah-merahan | Kaku(tingkat segar)daun berkurang Daun terasa lembek (lonyot) | Warna hijau berkurang Warna tulang daun & daun sudah kekuningan | Masih pahit Pahit sudah berkurang | 5 menit 10 menit | 1. 2. . 2. |
Tabel 4. Rebusan Daun Pepaya Dengan Tanah Lempung
Keadaan Air | Keadaan Daun | Warna | Rasa | Waktu | No |
Putih kecoklat-coklatan karena pengaruh tanah lempung. Kecoklat-coklatan | kaku(segar)daun sudah berkurang Agak lembek (lonyot) | Hijau kekuningan Hijau kekuningan | Rasa pahit sudah berkurang Rasa pahit sudah banyak berkurang | 5 menit 10 menit | 1. 2. |
B. Pembahasan
Dari data pengamatan menunjukkan bahwa, penggunaan tanah lempung sebagai alternatif penghilang rasa pahit pada daun pepaya lebih efektif jika dibandingkan dengan penggunaan bleng dan garam, dalam waktu yang sama, rasa pahit yang berkurang lebih banyak daripada penggunaan bleng dan garam, namun keadaan daun pepaya setelah perebusan kurang baik (tulang daun menjadi kuning dan agak lembek). Penggunaan bleng sebagai alternatif, dalam waktu yang sama, hanya mengurangi sedikit rasa pahit saja, selain itu keadaan daun setelah perebusan pun tidak lebih baik dari penggunaan tanah lempung dan garam sebagai alternatif penghilang rasa pahit. Penggunaan garam sebagai alternatif, dalam waktu yang sama, rasa pahit yang berkurang hanya sedikit, namun keadaan daun setelah perebusan paling baik diantara penggunaan tanah lempung dan bleng.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pengumpulan data, penelitian, eksperimen, dan berdasar data yang ada penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Penggunaan bleng sebagai alternatif penghilang rasa pahit pada daun pepaya kurang efektif, karena dalam waktu yang sama, bleng hanya mengurangi sedikit rasa pahit saja selain itu keadaan daun setelah perebusan pun tidak lebih baik dari penggunaan tanah lempung dan garam sebaai alternatif penghilang rasa pahit. Selain hal tersebut bleng merupakan bahan kimia yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh pengguna.
2) Penggunaan garam sebagai alternatif penghilang rasa pahit pada daun pepaya tidak efektif dalam menghilangkan rasa pahit daun pepaya (dalam waktu yang sama, rasa pahit yang berkurang hanya sedikit) namun keadaan daun setelah perbusan paling baik diantara penggunaan tanah lempung dan bleng sebagai alternatif penghilang rasa pahit pada daun pepaya. Namun selain hal tersebut garam juga tidak baik digunakan bagi penderita hipertensi. Selain meninggikan tekanan darah, kerja ginjal jadi jauh lebih berat untuk membuangnya. Jika berlebihan dapat mengakibatkan pikiran kacau dan jatuh koma.
3) Diantara garam dan bleng yang digunakan sebagai alternatif penghilang rasa pahit pada daun pepaya, tanah lempung merupakan alternatif yang paling efektif dalam menghilangkan rasa pahit (dalam waktu yang sama,rasa pahit yang berkurang lebih banyak daripada penggunaan bleng dan garam), namun keadaan daun pepaya setelah perebusan kurang baik (tulang daun menjadi kuning dan agak lembek).
B. Saran
Penulis dapat memberikan beberapa saran dari semua kesimpulan tersebut yaitu sebagai berikut:
1) Apabila menginginkan hasil rebusan yang baik dengan rasa daun pepaya yang masih terasa pahit, pengguna alternatif dapat mengggunakan garam sebagai alternatifnya (bagi yang tidak menderita hipertensi). Namun apabila menginginkan rasa daun pepaya yang rasa pahitnya sudah berkurang banyak lebih baik menggunakan tanah lempung sebagai alternatifnya.
2) Dengan memperhatikan dari sudut pandang kesehatan, akan lebih baik jika pengguna alternatif tidak menggunakan bleng sebagai alternatif penghilang rasa pahit pada daun pepaya, karena pemakaian berlebihan akan menimbulkan dampak terkontaminasinya organ tubuh. Dengan artian bleng/sodium boraks akan terakumulasi dalam tubuh dan tidak dapat keluar dari tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Haryono, Imam.1984.Usaha Mengurangi Radsa Pahit Pada Daun Pepaya ( Carica papaya) Dengan penambahan Tanah Lempung Dalam Air Perebusnya.Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada
Rukmana, Rahmat.1995. Pepaya Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta : Kanisius
Disusun Oleh :
Ayusnita Widi Nilasari
Riza Sativani Hayati
Apri Nur Wulandari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentar !!!