A. TUJUAN
Menunjukkan adanya karbohidrat yang belum dikenal secara umum komposisinya pada buah naga (Hylocereus sp).
B. DASAR TEORI
Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat (H2O). Karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksi-aldehid atau polihidroksi-keton. Polihidroksi berarti karbohidrat mengdandung banyak gugus hidroksil (OH). Polihidroksi-aldehid berarti jenis karbohidrat yang mengandung banyak gugus hidroksil (OH) dan gugus aldehid. Polihidroksi-keton berarti jenis karbohidrat yang mengandung banyak gugus hidroksil (OH) dan gugus keton. Jadi, Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Melihat rumusnya, maka karbohidrat mempunyai rumus empiris Cn(H2O)n, namun tidak semua karbohidrat mengikuti rumus tersebut. (Lehninger, 1993) Karbohidrat sebagai penyusun utama tumbuhan, paling banyak terdapat dalam bentuk selulosa dan pati. Karbohidrat terbagi menjadi 3 bagian, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
1. Monosakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat, yang paling sederhana dan biasanya terdapat secara alamiah sebagai salah satu komponen disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosaksarida dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Menurut jumlah atom karbon penyusunnya, monosakarida dikelompokkan menjadi triosa, tetrosa, pentosa, dst. Triosa merupakan monosakarida dengan tiga atom karbon (C3H6O3), tetrosa (C4H8O4) mempunyai empat karbon. Monosakarida juga dapat dikelomppokkan menjadi aldosa dan ketosa. Ketosa merupakan monosakarida dengan gugus keton, sedangkan aldosa memiliki gugus aldehid. Dengan mrempertimbangkan dua kategori tersebut di atas, monosakarida dinamai aldotriosa, ketotriosa, aldotetrosa, ketotetrosa, dan lain-lain. Berikut beberapa monosakarida yang sering kita jumpai :
a. Glukosa
Disebut dengan dekstrosa atau gula anggur, terdistribusi luas di alam dalam bentuk babas dan berkombinasi dengan senyawa lain. Gula ini trerdapat dalam juice buah-buahan bersama-samda dengan fruktosa dapat diproduksi dengan menghidrolisis amilum.
b. Galaktosa
Diperoleh dari hidrolisis Laktosa dan ditemukan juga sebagai pembentuk jaringan saraf berupa galaktolipid. Galaktosa merupakan aldoheksosa dan bersifat dekstrorotari, mampu membentuk osazon dengan fenilhidrazin, dapat difermentasi oleh yeast tertentu dengan kecepatan fermentasi berbeda-beda sesuai jenlis yeastnya.
c. Manosa
Merupakan aldoheksosa dan eppimer ddari glikosa karena mempunyai struktur yang samda dengan glukosa ddan hanya berbeda pada atom C nomor 2. Biasanya ditemukan pada tumbuhan, terutama pada biji-bijian dsalam bentuk polisakarida yaitu manna dan manosan. Manossa merupakan gula mereduksi dan dapat diragikan oleh yeast. Manosa dibedakan dengan glukosa dalam hal kelarutannya, senyawa ini tidak berwarna, dan pada suhu kamar mgembentiuk kristal osazon dengan fenilhidrazin.
d. Fruktosa
Disebut juga dengan levulosa atau gula buah. Haeksosa ini banyak terdapat bersama-sama dengan glukosa dalam tumbuh-tumbuhan dan dapat dihasilkan dari hidrolisis inulin. Meskipun fruktosa adalah ketosa tetapi mampu mereduksi logam dalam larutan alkali karena adanya gugus terminal CO-CH2OH. Fruktosa mampu bereaksi dengan fenilhidrazin membentuk osazon dengan bentuk yang sama dengan glukosa. Apabila direaksikan dengan metilhidrazin, fruktosazon akan lebih cepat terbentuk daripada glukosazon. Di alam, fruktosa cenderung berbentuk piranosa.
e. Pentosa
Merupakan monosakarida yang mempunyai 5 atom C. Senyawa ini juga merupakan komponen nukleotida yaitu ribosa dan deoksiribosa. Pentosa terdapat dalam tumbuhan dan jaringan hewan dalam bentuk polisakarida. Pada tumbuhan, pentosa terdapat dalam gum dalam bentuk pentosan, yang jika dihidrolisis menghasilkan pentosa (arabinossa, xilosa). (Rarastoeti Pratiwi, 2005)
2. Oligosakarida
Oligosakarida tersusun atas lebih dari dua hingga sepuluh atau dua belas unit monosakarida. Disakarida terbentuk dari reaksi dehidrasi antara dua monosakarida. Salah satu disakarida yang paling umum adalah sukrosa yang terdiri dari glukosa dan fruktosa, sedang maltosa terdiri dari dua glukosa. Berikut disakarida yang sering kita temui di alam :
a. Maltosa
Terdiri dari dua molekul glukosa yang terhubung dengan ikatan α-1,4. Diperoleh dari hidrolisis amilum dengan amilase. Maltosa mampu mereduksi larutan benedict, karena mempunyai gugus karbonil
b. Sukrosa
Disebut juga gula tebu karena banyak terdapat pada tebu dan bit. Hidrolisa dengsan asam atau enzim sukrase menghasilkan glukosa dan fruktosa yang sama banyak. Sukrosa tidak mempunyai gugus karbonil bebas, sehingga tidak mereduksi (non reducing sugar). Sukrosa terdiri dari α D-glukopiranosa dan β D-fruktopiranosa yang terhubung dengan ikatan α-1,2. Gula ini tidak membentuk osazon, tetapi dapat diragikan. (Rarastoeti Pratiwi, 2005)
3. Polisakarida
Polisakarida terbentuk dari reaksi dehidrasi antara monosakarida dalam jumlah banyak. Polisakarida biasanya tidak larut dalam air, membentuk koloid dalam, larutan, dan tidak mempunyai rasa manis.
a. Amilum
Merupakan polimer glukosa (glukosan). Terdapat dalam biji padi, umbi, dan buah-buahan. Bentuk dan besarnya butir amilum tergantung dari jenisnya. Amilum terdiri atas dua macam molekul, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa dengan reaksi Jod membentuk warna biru, sedangkan amilopektin memberi warna ungu. Warna tersebut akan menghilang dengan pemanasan dan muncul lagi setelah didinginkan. Pemberian alkali juga menghilangkan warna, karena alkali mengikat jodium. Amilum htidak mampu mereduksi dan tidak membentuk osazon.
b. Selulosa
Termasuk glukosan yang terdiri dari polimer glukosa dengan ikatan β-1,4. Selulosa terdapat pada dinding sel tumbuhan dan mempunyai sifat kelarutan rendah, tidak memberi warna pada reaksi Jod dan tidak dapat dicerna kecuali oleh hewan ruminansia misalnya sapi. (Rarastoeti Pratiwi, 2005)
Ada beberapa reaksi untuk sejumlah kdarbohidrat yang dapat digunakan untuk menunjukkan jenis ksarbohidrat tertentu. Larutan yang digunakan dalam percobaan sebaiknya mempunyai konsentrasi 0,1% dan 1%.
1. Reaksi Molish
Reaksi ini ditujukan untuk menunjukkan adanya karbohidrat dan senyawa organik lain yang akan membentuk furfural apabila direaksikan dengan asam pekat. Heksosa dengan asam pekat dan pemanasan akan mengalami dehidrasi dan menjadi hidroksimetilfurfural, sedangkan pentosa akan menjadi furfural. Selanjutnya hidroksimetilfurfural dan furfural aksan mengalami kondensasi deengan α-naptol membentuk cincin ungu. Disakarida dan polisakarida terlebih dahulu dihidrolisis oleh asam sulfat pekat menghasilkan monosakarida penyusunnya, sehingga membferikan reaksi yanhg lebih lambat dari monosakarida.
2. Reaksi Benedict
Dasar reaksi ini adalah sifat mereduksi gula dalam larutan alkali. Gula dengan gugus karbonil bebas (aldehid dan keton) di dalam larutan alkali berubah menjadi bentuk enol yang reaktif dan mudah dioksidasi. Gula bgerperan sebagai pereduksi, sedangkan zat yang direduksi misalnya Cu, Bi, Fe(CN)6, Hg, dan Ag. Larutan benedict berisi CuSO4, Na-Sitrat dan Na-CO3. Na-sitrat berfungsi untuk mencegah endapan Cu (OH)2 dan Cu-karbonat, dengan terjadinya senyawa kompleks yang larut dan sedikit terdisosiasi. Na-Karbonat berrguna untuk mengubah gula menjadi enol yang reaktif yang dapat mereduksi Cu2+ dari senyawa kompleks dengan asam sitrat menjadi Cu+. Ion Cu+ bersama OH membentuk CuOH yang berwarna kuning dan dengan pemanasan berubah menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Mosakarida (glukosa, fruktosa, pentosa, galaktosa) dan disakarida (maltosa dan laktosa) menunjukkan reaksi positif, sedangkan sukrosa memberikan reaksi negatif karena tidak mempunyai gugus karbonil bebas.
3. Pembentukan Osazon
Senyawa yang mengandung gugus –CO-CHOH jika ditambah fenilhidrazin akan membentuk osazon. Fenilhidrazin bereaksi dengan gugus karbonil dari gula membentuk fenilhidrazon, yang kemudian bereaksi lagi dengan dua molekul fenilhidrazin membentuk osazon. Kristal osazon mempunyai bentuk dan titik lebur yang berbeda-beda sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi gula. Identifikasi ini dapat berdasarkan waktu yang diperlukan untuk pembentukan osazon dan pengendapan osazon dalam air panas atau hanya mengendap dengan air dingin.
4. Reaksi Bial
Merupakan reaksi antara pentosa dengan asam sulfat (HCl dan H2SO4) yang disertai pemanasan akan membentuk furfural. Furfural bereaksi lebih lanjut dengan orsinol dan besi membentuk warna biru hijau. Reaksi ini tidak spesifik untuk pentosa karena pemanasan yang lama pada heksosa menghasilkan hidroksimetilfurfural. Yang juga akan bereaksi dengan orsinol membentuk ompleks warna tersebut.
5. Reaksi Seliwanoff
Pada reaksi ini, ketosa didehidrasi membentuk warna merah. Aldosa memerlukan waktu yang lebih lama untuk menunjukkan reaksi positif terhadap reagen Seliwanoff.
6. Reaksi dengan Jod
Membentuk kompleks warna dengan polisakarida. Amilum membentuk warna biru dengan jod sedangkan glikogen dan hasil antara hidrolisis amilum bereaksi dengan jod membentuk warna merah kecoklatan.
7. Hidrolisa
Sukrosa termasuk disakarida yang tidak ddapat mereduksi dalam larutan alkali atau membentuk osazon. Hidrolisa sukrosa dengan asam kuat dan pemanasan akan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Pada waktu hidrolisa dengan enzim atau asam akan terbentuk hasil antaranya, yaitu amilodekstrin, eritrodekstrin, akrodekstrin, dan akhirnya menghasilkan maltosa dan dekstrin dengan enzim amilase atau menjadi glukosa bila dengan asam. (Rarastoeti Pratiwi, 2005)
Buah Naga adalah buah dari sejenis pohon kaktus, banyak ditanam secara komersial di Vietnam dan Australia, walaupun ia berasal dari Amerika Selatan. Buah naga yang matang adalah seberat lebih kurang 400 gram tetapi ada juga yang membesar sehingga lebih satu kilogram. Jenis buah naga ada empat macam, pertama buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis) dan buah naga kulit kuning daging putih (Selenicerius megalanthus). Buah naga memiliki banyak manfaat, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Menurunkan kolesterol, menurunkan kadar lemak
b. Penyeimbang kadar gula darah, pencegah kanker, pelindung kesehatan mulut
c. Pencegah pendarahan, dan obat keluhan keputihan.
d. Mencegah kanker usus, menguatkan fungsi ginjal dan tulang, menguatkan daya kerja otak, meningkatkan ketajaman mata, serta sebagai bahan kosmetik.
e. Mengobati sembelit, mengobati hypertensi, memperhalus kulit wajah
f. Meningkatkan daya tahan (Benyali Wibowo, 2008)
Nilai gizi untuk 100g hidangan Buah Naga merah
Kandungan | Jumlah |
Air | 82.5 - 83 g |
Protein | 0.159 - 0.229 g |
Lemak | 0.21 - 0.61 g |
Serat Kasar | 0.7 - 0.9 g |
Karotein | 0.005 -0.012 mg |
Kalsium | 6.3 - 8.8 mg |
Fosfor | 30.2 - 36.1 mg |
Besi | 0.55 - 0.65 mg |
Vitamin B1 | 0.28 - 0.043 mg |
Vitamin B2 | 0.043 - 0.045 mg |
Vitamin B3 | 0.297 - 0.43 mg |
Vitamin C | 8 - 9 mg |
Thiamine | 0.28 - 0.30 mg |
Riboflavin | 0.043 - 0.044 mg |
Niacin | 1.297 - 1.300 mg |
Abu | 0.28 g |
Kandungan yang Lain | 0.54 - 0.68 g |
Sumber: Taiwan Food Industry Develop & Reearch Authorities (2005)
Kandungan serat pada buah naga sangat baik dan dibutuhkan tubuh untuk menurunkan kadar kolesterol. Di dalam saluran pencernaan serat akan mengikat asam empedu (produk akhir kolesterol) dan kemudian dikeluarkan bersama tinja. Dengan demikian, semakin tinggi konsumsi serat, semakin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh. Selain untuk mencegah kolesterol, kandungan serat pada buah naga juga sangat berguna dalam sistem pencernaan. Serat pangan (dietary fiber) mampu memperpendek transit time, yaitu waktu yang dibutuhkan makanan sejak dari rongga mulut hingga sisa makanan dikeluarkan dalam bentuk feses. Sementara itu, serat pangan akan mengikat zat-zat karsinogenik. Berkat transit time yang pendek, waktu zat karsinogenik bermukim dalam tubuh juga semakin pendek, sehingga kesempatan membahayakan tubuh semakin kecil (Goldberg, 1994).
Buah naga juga terkenal sebagai salah satu sumber betakaroten. Betakaroten merupakan provitamin A yang di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A yang sangat berguna dalam proses penglihatan, reproduksi, dan proses metabolisme lainnya. Diperkirakan setiap 6 mikrogram betakaroten mempunyai aktivitas biologis setara dengan 1 mikrogram retinol. Betakaroten juga merupakan jenis antioksidan yang dapat berperan penting dalam mengurangi konsentrasi radikal peroksil. Kemampuan betakaroten bekerja sebagai antioksidan berasal dari kesanggupannya untuk menstabilkan radikal berinti karbon. Karena betakaroten efektif pada konsentrasi rendah oksigen, dapat melengkapi sifat antioksidan vitamin E yang efektif pada konsentrasi tinggi oksigen. Betakaroten juga dikenal sebagai unsur pencegah kanker, khususnya kanker kulit dan paru. Betakaroten dapat menjangkau lebih banyak bagian-bagian tubuh dalam waktu relatif lebih lama dibandingkan dengan vitamin A, sehingga memberikan perlindungan lebih optimal terhadap munculnya kanker. (Benyali Wibowo, 2008)
Menurut Al Leong dari Johncola Pitaya Food R&D, buah naga sangat baik untuk sistem peredaran darah. Juga sangat efektif untuk mengurangi tekanan emosi dan menetralkan racun dalam darah. Badan Litbang Pertanian RI menyebutkan bahwa buah naga dapat menurunkan kadar kolesterol, penyeimbang gula darah, menguatkan fungsi ginjal dan tulang, serta meningkatkan kerja otak. Buah naga merupakan sumber vitamin dan mineral yang cukup baik. Pada prinsipnya tiamin (vitamin B1) berperan sebagai koenzim dalam reaksi-reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan energi membentuk senyawa kaya energi yang disebut ATP. Kekurangan tiamin akan menyebabkan polyneuritis (beri-beri kering), yang disebabkan oleh terganggunya transmisi saraf atau jaringan saraf menderita kekurangan energi. Gejala kekurangan tiamin mula-mula adalah lelah, hilang selera makan, berat badan menurun, dan gangguan pencernaan. Buah naga juga mengandung kalium, zat besi, protein, kalsium dalam jumlah yang cukup baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Zat-zat tersebut juga baik untuk mentralkan racun dalam darah, meningkatkan daya penglihatan, dan mencegah hipertensi. Kandungan air pada buah naga juga cukup tinggi, karena itu, buah naga dapat juga dijadikan pencuci mulut yang lezat. Khasiat buah naga masih belum diketahui oleh masyarakat luas. Selain penelitian yang masih sangat terbatas, buah ini masih sangat langka. Bahkan, masih banyak di antara kita yang sama sekali tidak mengenal buah ini. (Benyali Wibowo, 2008)
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung Reaksi
b. Pipet Tetes
c. Penjepit Tabung Reaksi
d. Rak Tabung Reaksi
e. Lampu Spiritus
f. Gelas Ukur
g. Waterbath
h. Druple Plate
i. Seperangkat Alat Ekstraksi
2. Bahan
a. Ekstrak Buah Naga Daging Putih (Hylocereus undatus)
b. Ekstrak Buah Naga Daging Merah (Hylocereus polyrhizus)
c. Pereaksi Molish
d. H2SO4 Pekat
e. Pereaksi Benedict
f. Pereaksi Seliwanoff
g. Larutan Iodine
h. Aquadesh
D. CARA KERJA
1. Melakukan ekstraksi pada buah naga daging putih dan buah naga daging merah
2. Melakukan uji Molish pada buah naga daging putih dan buah naga daging merah
3. Melakukan uji Jod pada buah naga daging putih dan buah naga daging merah
4. Melakukan uji Benedict pada buah naga daging putih dan buah naga daging merah
5. Melakukan uji Seliwanoff pada buah naga daging putih dan buah naga daging merah
6. Melakukan uji Bial bila reaksi positif terhadap uji Benedict dan Melakukan Hidrolisa bila reaksi negatif terhadap uji Benedict
7. Melakukan uji Fenilhidrazin jika reaksi negatif terhadap uji bial
8. Mengamati kristal yang terbentuk jika reaksi positif terhadap uji fenilhidrazin
E. PEMBAHASAN
Percobaan ini merupakan serangkaian uji karbohidrat yang bertujuan untuk menunjukkan adanya karbohidrat yang belum dikenal secara umum komposisinya dalam Buah Naga (Hylocereus sp). Ada 4 jenis Buah Naga yang telah dikenal, yaitu buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis) dan buah naga kulit kuning daging putih (Selenicerius megalanthus). Namun dalam percobaan ini, praktikan hanya memfokuskan uji karbohidrat pada buah naga daging putih (Hylocereus undatus) dan buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), karena buah naga tersebut adalah buah naga yang paling sering ditemui dan sudah familiar di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, uji karbohidrat ini juga dilakukan untuk membandingkan kandungan karbohidrat dari buah naga daging putih dengan buah naga daging merah. Uji karbohidrat yang praktikan lakukan merupakan uji karbohidrat bertingkat, yaitu serangkaian uji atau reaksi karbohidrat yang saling berkaitan. Ada beberapa reaksi karbohidrat yang harus dilakukan untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada buah naga antara lain reaksi molish, reaksi jod, reaksi benedict, reaksi seliwanoff, reaksi bial, dan reaksi fenilhidrazin. Masing-masing hasil dari reaksi yang dilakukan ada saling keterkaitan, reaksi yang awal menjadi dasar untuk melakukan reaksi srelanjutnya. Hasil akhir ditentukan oleh hasil dari masing-masing reaksi.
Sebelum semua reaksi atau uji dilakukan, praktikan mengekstrak buah Naga berdaging merah dan buah naga berdaging putih. Ekstraksi dimulai dengan menghaluskan kedua jenis buah naga ini dengan penghalus porselin. Penghalusan ini dalam ekstraksi buah naga ini cukup mudah, karena buah naga mengandung banyak air, terutama buah naga yang berdaging putih, jadi buah naga tidak perlu ditumbuk terlalu lama, hanya disaring saja. Buah naga daging merah kandungan airnya banyak, namun sangan kental sekali, sehingga dalam ekstrasinya diperlukan air, agar ekstrak buah naga daging merah dapat digunakan untuk uji dan reaksi karbohidrat. Sedangkan karena kandungan air pada buah naga daging putih sangat banyak dan encer sekali, maka dalam ekstraksi ini praktikan tidak harus menambahkan air, karena sudah dapat dengan mudah digunakan dalam berbagai uji.
Berikut akan dibahas mengenai hasil dari setiap reaksi karbohidrat yang telah praktikan lakukan:
1. Reaksi Molish
Reaksi ini ditujukan untuk menunjukkan adanya karbohidrat secara umum (monosakarida, disakarida, dan polisakarida). Praktikan menambahkan 2 tetes pereaksi molish pada 2 ml ekstrak buah naga berdaging putih maupun berdaging merah. Kemudian mengocok perlahan-lahan selama lima detik, kemudian memiringkan tabung reaksi 40° dan menambahkan secara hati-hati 1 ml atau 20 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi. Hal ini dilakukan secara hati-hati dengan mengikuti prosedur tersebut serta dilakukan di dalam almari asam karena asam sulfat merupakan salah satu bahan kimia yang agresif. Setelah semua prosedur dilakukan, praktikan mengamati perubahan yang terjadi pada larutan. Dari data hasil pengamatan, didapatkan bahwa semua buah naga, baik yang berdaging putih maupun merah positif terhadap uji molish ini, artinya kedua buah naga ini mempunyai kandungan karbohidrat. Kepositifan reaksi ini ditunjukkan oleh adanya cincin ungu yang terbentuk pada perbatasan kedua larutan. Adanya karbohidrat dan senyawa organik lain, akan membentuk furfural apabila direaksikan dengan asam pekat. Heksosa dengan asam pekat dan pemanasan akan mengalami dehidrasi dan menjadi hidroksimetilfurfural, sedangkan pentosa akan menjadi furfural. Selanjutnya hidroksimetilfurfural dan furfural akan mengalami kondensasi dengan α-naptol membentuk cincin ungu.
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa baik buah naga daging putih maupun buah naga daging merah mengandung karbohidrat, hanya saja kuantitas (banyak sedikitnya) dari kandungan karbohidrat pada kedua jenis buah naga tersebut berbeda-beda. Ini dapat dilihat dari perbandingan banyak sedikitnya cincin ungu yang terbentuk dari kedua jenis buah naga tersebut. Dari hsasil pengamatan ysang dilakukan praktikan, uji molish pada buah naga berdaging merah membentuk cincin ungu pada perbatasan larutan yang lebih banyak dan lebih jelas terlihat dibandingkan dengan cincin ungu yang dibentuk dari uji molish pada buah naga daging putih. Ini memberikan keterangan bahwa kandungan karbohidrat pada buah naga daging merah lebih banyak dari kandungan karbohidrat buah naga daging putih. Untuk mengetahui lebih detail, kandungan karbohidrat apa yang ada pada kedua jenis buah naga tersebut, praktikan melakukan uji Jod.
2. Reaksi Jod
Uji Jod ini bertujuan untuk menunjukkan adanya polisakarida dan juga dapat membedakan amilum dari glikogen. Pada reaksi ini, praktikan menambahkan 1 tetes larutan Jod pada 1 tetes ekstrak buah naga daging putih maupun daging merah. Percobaan ini dilakukan pada druple plate. Dari data hasil pengamatan, didapatkan bahwa baik buah naga berdaging putih maupun buah naga daging merah positif terhadap uji Jod ini. Hal ini ditunjukkan oleh warna larutan hasil reaksi yang berwarna merah coklat untuk uji Jod pada buah naga daging merah dan berwarna coklat untuk uji Jod pada buah naga daging putih. Warna coklat ataupun merah kecoklatan ini menandakan adanya kandungan amilum pada kedua jenis buah naga tersebut. Reaksi larutan Jod akan membentuk kompleks warna dengan polisakarida. Amilum membentuk warna biru dengan jod sedangkan glikogen dan hasil antara hidrolisis amilum bereaksi dengan jod membentuk warna merah kecoklatan. Warna biru atau merah kecoklatan disebabkan oleh terjadinya koordinasi antar ion iodida diantara heliks. Intensitas warna yang dihasilkan tergantung dari kandungan amilosa relatif dalam amilum. Praktikan menyimpulkan bahwa warna merah kecoklatan hasil uji Jod menandakan kandungan amlilum pada buah naga karena kebanyakan glikogen terkandung dalam hewan. Pada manusia dan vertebrata, glikogen didapat dalam hati serta otot yang merupakan cadangan karbohidrat. Warna yang berbeda dari hasil uji Jod pada masing-masing jenis buah naga juga menunjukkan kuantitas kandungan amilum yang berbeda pada kedua jenis buah naga tersebut. Warna merah kecoklatan menandakan bahwa jumlah kandungan amilum pada buah naga berdaging merah lebih banyak jika dibandingkan dengan kandungan amilum pada buah naga berdaging putih yang ditunjukkan dengan warna coklat.
Berdasarkan literatur, amilum selalu terdapat dalam sel tumbuhan dalam bentuk granula, mempunyai diameter beberapa mikron, sedangkan dalam mikroorganisme hanya berkisar 0,5-2 mikron. Granula amilum mengandung campuran dari dua polisakarida yuang berbeda, amilosa dan amilopektin. Komponen amilosa pati merupakan polisakarida tak bercabang yang terikat 1→4 glikosidik, terdiri atas glukosa dan beberapa ribu unit glikosil. Rantai polisakarida membentuk sebuah heliks. Amilopektin merupakan polisakarida bercabang yang mengandung ikatan 1→4 dan 1→6 unit glikosil, hal sama seperti dalam glikogen. Tentu saja amilopektin mempunyai lebih banyak struktur terbuka dengan sedikitnya ikatan 1→6 dan rantai lebih panjang.
3. Reaksi Benedict
Reaksi benedict ini ditujukan untuk menunjukkan adanya zat-zat yang mereduksi dalam suasana alkalis. Reaksi ini terutama untuk membedakan sakarida (gula) yang dapat mereduksi dan sakarida yang tidak dapat mereduksi. Pada percobaan ini, praktikan menambahkan 5 tetes ekstrak pada 2 ml pereaksi benedict. Kemudian larutan dipanaskan dalam waterbath (penangas) selama 5 menit, membiarkan dingin dan membandingkan perubahan warna yang terjadi. Dari data hasil pengamatan, kedua jenis buah naga positif terhadap reaksi benedict ini. Hal ini ditunjukkan oleh terbentuknya kompleks hasil reaksi yang berwarna kuning kehijauan dari uji benedict pada buah naga daging merah dan berwarna merah orange atau merah bata dari hasil uji benedict pada buah naga berdaging putih. Dasar reaksi ini adalah sifat mereduksi gula dalam larutan alkali. Gula dengan gugus karbonil bebas (aldehid dan keton) di dalam larutan alkali berubah menjadi bentuk enol yang reaktif dan mudah dioksidasi. Gula berperan sebagai pereduksi, sedangkan zat yang direduksi misalnya Cu, Bi, Fe(CN)6, Hg, dan Ag. Larutan benedict berisi CuSO4, Na-Sitrat dan Na-CO3. Na-sitrat berfungsi untuk mencegah endapan Cu(OH)2 dan Cu-karbonat, dengan terjadinya senyawa kompleks yang larut dan sedikit terdisosiasi. Na-Karbonat berguna untuk mengubah gula menjadi enol yang reaktif yang dapat mereduksi Cu2+ dari senyawa kompleks dengan asam sitrat menjadi Ca+. Ion Cu+ bersama OH membentuk CuOH yang berwarna kuning dan dengan pemanasan berubah menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Mosakarida (glukosa, fruktosa, pentosa, galaktosa) dan disakarida (maltosa dan laktosa) menunjukkan reaksi positif, sedangkan sukrosa memberikan reaksi negatif karena tidak mempunyai gugus karbonil bebas.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa dimungkinkan karbohidrat yang terkandung dalam buah naga merupakan monosakarida atau disakarida yang mempunyai gugus karbonil bebas. Untuk lebih mengetahui jenis monosakarida atau disakarida yang terkandung dalam buah naga, maka dilakukan uji selanjutnya, yaitu uji seliwanoff.
4. Reaksi Seliwanoff
Reaksi seliwanoff ditujukan untuk menunjukkan adanya gugus ketosa atau keton (fruktosa). Pada percobaan ini, praktikan menambahkan 0,5 ml kedua jenis ekstrak buah naga ke dalam 3 ml pereaksi seliwanoff. Pada waktu yang bersamaan, tabung-tabung reaksi dari larutan yang diuji ditempatkan ke dalam waterbath selama 30 detik sampai terbentuk warna. Dari data hasil pengamatan, hanya dalam waktu kurang dari 30 detik, warna larutan pada kedua tabung reaksi sudah terbentuk, yaitu warna merah untuk ekstrak buah naga daging putih, maupun ekstrak buah naga daging merah. Fruktosa dengan adanya asam klorida panas menjadi asam levulimnat dan hidroksimetilfurfural. Furfural akan berkondensasi dengan resorsinol membentuk kompleks warna merah. Sukrosa dalam suasana asam dan pemanasan lebih lanjut akan mudah terhidrolisid menjadi glukosa dan fruktosa, akhirnya sukrosa akan memberikan reaksi positif terhadap uji seliwanoff. Aldosa-aldosa dari sakarida lain dengan pendidihan lebih lanjut akan memberikan warna merah dengan seliwanoff, karena aldosa-aldosa tersebut oleh HCl diubah menjadi ketosa. Dari penjelasan di atas, kepositifan kedua ekstrak buah naga tersebut mengisyaratkan bahwa kedua jenis buah naga mempunyai kandungan karbohidrat berupa fruktosa. Kandungan karbohidrat yang sudah diketahui ini menyebabkan praktikan menyudahi reaksi atau uji bertingkat. Tidak ada perbedaan warna yang menyolok dari hasil reaksi seliwanoff untuk kedua jenis ekstrak buah naga, semunya berwarna merah dengan kualitas yang hampir sama. Hanya saja kalau dilihat dengan teliti, warna merah yang dihasilkan oleh reaksi seliwanoff pada ekstrak buah naga daging merah lebih merah tua jika dibandingkan dengan warna merah pada hasil reaksi seliwanoff pada ekstrak buah naga daging putih. Di sisi lain, pada buah naga daging putih membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pemanasan di waterbath untuk membentuk warna merah. Kedua hal ini menandakan bahwa kandungan fruktosa pada buah naga berdaging merah lebih banyak jika dibandingkan dengan kandungan fruktosa pada buah naga berdaging putih.. Fruktosa disebut juga levulosa atau gula buah. Heksosa ini banyak terdapat bersama-sama dengan glukosa dalam tumbuh-tumbuhan dan dapat dihasilkan dari hidrolisis inulin.
Dari uraian di atas, kedua jenis buah naga, baik yang berdaging putih aupun merah sama-sama mengandung fruktosa, hanya saja kuantitasnya yang berbeda. Buah naga berdaging merah memnpunyai kandungan fruktosa yang lebih banyak daripada kandungan pada fruktosa pada buah naga daging putih.
F. KESIMPULAN
Dari pengujian buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus) dan buah naga daging putih (Hylocereus undatus), dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kedua jenis buah naga tersebut mengandung karbohidrat berupa fruktosa yang merupakan salah satu jenis monosakarida yang juga merupakan gula mereduksi.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece, and Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Girindra, Aisjah. 1986. Biokimia I. Jakarta: PT Gramedia.
Lehninger, Albert. 1993. Dasar-Daasar Biokimia. Bogor: Penerbit Erlangga.
Martoharsono, Soeharsono. 2006. Biokimia I. Yogyakarta:UGM Press.
Pratiwi, Rarastoeti, dkk. 2005. Asistensi dan Petunjuk Praktikum Biokimia. Yogyakarta : UGM Press.
Stryer, Lubert.1996. Biokimia jilid II. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wibowo, Benyali. 2008. Manfaat Buah Naga (Dragon Fruit). http://benyali wibowo. wordpress.com/2008/03/10/manfaat-buah-naga-dragon-fruit-2/
Disusun Oleh : Riza Sativani Hayati (Pend. Biologi R'08 FMIPA UNY)
Jika menggunakan informasi ini, harap mencantumkan sumber. Untuk informasi lebih lanjut dapat melalui via email oryza_135rsh@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentar !!!