Minggu, 22 Maret 2009

KADER DAKWAH DALAM PERJUANGAN

ARTIKEL ISLAMI

KADER DAKWAH DALAM PERJUANGAN

Disusun sebagai Syarat pengambilan Surat Keterangan Pengurus Himpunan Aktivitas Kajian Agama Jamaah Masjid Furqon (HASKA JMF) MIPA

Disusun oleh :

Riza Sativani Hayati

08304241029

Pendidikan Biologi Reguler

Staf Divisi Perhubungan Kampus

HIMPUNAN AKTIVITAS KAJIAN AGAMA JAMAAH MASJID FURQON

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2009

A. KESADARAN DAN TUNTUTAN UNTUK BERJUANG

Kondisi Ummat yang sudah mulai terseret, dengan kehidupan hedonistik dan banyak melupakan ajaran agama serta lebih loyal kepada ideologi kapitalis, sekuler dan liberal yang di usung oleh gerakan anti agama. Menyebabkan hati ini tergugah untuk ikut menjadi bagian dari solusi dan kontributor, bukan komentator atau tambahan beban ummat ini. Dari realitas yang meresahkan itulah, maka lahirlah sebuah kesadaran dan tuntutan dakwah. Agar jiwa-jiwa ini semakin tersentuh dan terbangun, untuk bersama-sama bangkit, berfikir, bergerak, dan beramal kepada Allah yang Maha Kaya Raya dan Maha Bijaksana. Agar kita semua mampu dikumpulkan dalam mihrab cinta dan ridho Allah SWT. Dan kita semakin yakin dan semakin siap, bahwa dunia ini adalah ladang untuk menebar kebaikan, keadilan, kesejahteraan dan kedamaian kepada seluruh manusia. Dan kehidupan dunia ini adalah kesempatan untuk mempersiapkan bekal untuk meraih kenikmatan di akhirat.

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, yaitu kebahagiaan negeri akhirat. Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dan kenikmatan dunia dan berbuatlah baik kamu dengan orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi".(QS al-Qashas (28):77).

Berani beraksi adalah wujud konsisten kita pada apa yang kita yakini,kita impikan.Kita memimpikan Indonesia menjadi lebih baik maka berani beraksi untuk perbaikan tersebut sesuai dengan kreativitas kita adalah hal yang hebat. Dari yang kecil tidak masalah. Yang penting kita berani.Tatap dunia , hadapi, jangan bersembunyai, jangan hanya bicara tapi berbuat,beramal.Kita tunjukan bahwa kita pemuda , kita tidak diam tapi bergerak menuju perbaikan yang lebih baik.Bahwa kita tidak duduk, tapi kita berjuang.Talk less to do more.

B. PENYAKIT FLU PARA KADER MULAI MENDERA

Dalam jalan dakwah, pastinya banyak rintangan yang dihadapi, mulai dari masalah internal sampai masalah external yang datang dari ladang dakwah itu sendiri. Setiap langkah para kader pastinya menemui jalan yang terjal. Motivasi bergerak hanya untuk Allah saja tumbuh dari kesadaran akan tujuan utama, daya gerak akan keluar dengan kekuatan yang luar biasa. Bandingkan dengan orang yang bekerja atas dasar motivasi Allah semata dengan orang yang bekerja atas dasar takut akan ancaman terhadap manusia, manakah yang akan bergerak secara terus menerus dan mempunyai kekuatan yang luar biasa? Pergeseran nilai dakwah ini mulai dirasakan oleh beberapa ikhwah, bahasa ancaman mulai terdengar apabila ikhwah tidak mencapai target. Ancaman terhadap nilai catatan seorang kader dianggap sebagai sesuatu yang penting bagi perjalanan "karir" kader dakwah tersebut, hingga hal tersebut mempengaruhi nilai kerja di lapangan. Kader dakwah akan mengutamakan kerja yang lebih mendekatkan pada jenjang "karir", pemilihan lapangan dakwah pun diperhitungkan. Dalam hitungan beberapa kader, sebuah institusi bukanlah tempat yang prestisius dan menjanjikan karena selain "tidak pernah dilihat", banyak tugas operasional yang harus dilakukan dalam memenuhi nilai target, mulai dari mencari dana hingga melakukan kegiatan.

Namun demikian adapula ikhwah yang melihat dari sudut pandang berbeda, syiar menjadi ladang amal yang luar biasa, nilai keikhlasan dan kesabaran benar-benar diuji, mental ditempa, pemikiran pun akan diajak untuk selalu diasah dan pengorbanan pun akan selalu dituntut. Mereka tidak begitu mempedulikan siapa yang akan melihat kerja mereka, walau mereka sudah bekerja optimal bahkan maksimal dalam berdakwah tetapi masih saja disalahkan, mereka menganggap sebagai suatu masukan dan evaluasi. Mereka yakin bahwa Allah SWT Maha Melihat apa yang dilakukan hamba-Nya, Dia mempunyai catatan tersendiri untuk hamba-hamba-Nya.

Dari segelintir merekalah, maka dakwah berjalan dengan berbagai program dan kegiatan, tetapi dalam realitanya, dari segelintir ini, satu persatu perlahan mulai terkena penyakit FLU. Banyaknya permasalahan dan tuntutan tugas, minimnya perhatian saudaranya serta kondisi lingkungan yang tidak kondusif membuat daya tahan "iman" seorang akh akan dapat ditembus oleh penyakit FLU ini, di sisi lain rekrutmen pun berjalan lambat yang komitmennya pun masih harus diuji dalam lapangan dakwah.

Bisa jadi tulisan ini hanyalah salah satu kasus khusus yang kemudian dijadikan kasus umum, bisa jadi pula tulisan ini sebuah realita yang tersembunyi dan menggerogoti nilai dakwah secara senyap sedikit demi sedikit, seperti kerja rayap pada sebuah batang kayu, tampak bagus dalam data tetapi mulai hilang dalam nilai, bagus dalam kuantitas. Hanya saja, bila fenomena ini benar dan mulai mewabah maka harus kita sikapi dan tangani secara bijaksana dan mulai dicarikan "obat" yang manjur serta "dokter" yang berpengalaman.

Semoga Allah SWT memberikan keistiqomahan serta keikhlasan kepada kita semua dalam melanjutkan warisan risalah dakwah ini dan semoga Allah SWT memberikan kepada kita kemuliaan di sisi-Nya, Amiin. Engkau merangkak mencari mulia, Dan orang-orang yang mencarinya berusaha sepenuh jiwa menempuh kelelahan. Mereka mengejar mulia hingga banyak yang jemu, yang akan menemukannya hanya yang sungguh-sungguh dan bersabar. Jangan mengira bahwa mulia adalah kurma yang akan kau makan, tak akan pernah kau dapatkan mulia sebelum pahitnya sabar.

APA ITU PENYAKIT FLU PARA KADER ?

Anda terkena sakit flu?

Biasanya apabila kita banyak melakukan aktivitas tetapi tidak disertai istirahat dan makanan yang menunjang serta kondisi cuaca yang tidak bersahabat dapat membuat seseorang akan mudah mendapatkan penyakit FLU tersebut. Untuk mengobati penyakit tersebut biasanya dokter akan menganjurkan minum obat dan istirahat yang cukup.

Lalu bagaimana seorang ikhwah bisa terkena FLU (Futur, Lesu, Uzlah)? Jawabannya tidak jauh berbeda dengan seroang yang terkena penyakit flu. Adanya beberapa kasus tentang al akh yang kemudian sangat aktif di organisasi dakwah kemudian tiba-tiba enggan untuk aktif kembali, ada juga yang hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban sebagai mutarobbi dengan prinsip “Asal Murobbi Senang” atau “Asal tidak tercatat negatif dalam struktural”.

Penyebab sakit FLU :

Untuk mengetahui seorang ikhwah terkena penyakit FLU, maka ada baiknya kita membuka kembali buku yang menjadi acuan aktivis tahun ‘90an yaitu “Terapi Mental Aktivis Harakah” tulisan DR. Sayyid Muhammad Nuh. Penyakit Futur ditempatkan pada bab pertama setelah bab pendahuluan mengenai “penyakit-penyakit di tengah jalan.” Dua hal utama terjadinya futur adalah berlebih-lebihan dalam beragama dan suka menyendiri atau meninggalkan jamaah.

Terjadinya seorang al-akh berlebih-lebihan dalam beragama dikarenakan banyaknya tugas yang diemban oleh ikhwah tersebut dan tidak dibantu dalam sebuah team. Tampaknya sudah menjadi suatu kebiasaan atau rahasia umum dikalangan kita bahwa apabila seorang ikhwah yang mendapatkan amanah sebagai ketua dalam jabatan struktural maka biasanya ketua tersebut yang akan dituntut untuk tugas-tugas yang ada dan ikhwah yang lain sibuk dengan “tugas-tugas luar struktur.”

Hal lainnya adalah suka menyendiri atau meninggalkan jamaah, biasanya seorang ikhwah lebih menyukai kesendirian dikarenakan tidak lagi merasakan manisnya semangat ukhuwah dalam berjamaah serta tidak menemukan adanya nuansa ruhiyah ketika melakukan aktivitas ibadah dalam kesunyian. Dalam kesunyian ini, apabila ada saudaranya yang membiarkannya dalam kondisi tersebut, lambat laun namun pasti akan “menjerumuskan” akh tersebut dalam kelesuan beraktivitas dakwah. Beliau akan lebih suka dalam kemanisan beribadah daripada kesusahan aktivitas dakwah.

Lesu akan menjadi tingkat yang paling berbahaya dalam kondisi futur bagi seorang ikhwah, karena apabila seorang al-akh sudah mengalami kelesuan biasanya lebih suka untuk Uzlah. Uzlah bisa dijadikan alasan seorang ikhwah karena lebih merasakan manisnya nilai ruhiyah daripada berdakwah ke masyarakat. Adapula yang beralasan bahwa dengan bergaul dengan manusia dapat menganggu konsentrasi beribadah dengan melupakan pengertian ibadah yang sebenarnya.

TERAPI PENYAKIT FLU PARA KADER

Untuk mengobatinya tentu saja yang bersangkutan harus dapat memotivasi diri kembali dengan membaca buku-buku yang diperlukan, muhasabah diri pada saat “istirahat”. Tetapi, selain penyembuhan oleh yang bersangkutan maka kondisi lingkungan yang kondusif dalam proses penyembuhan tersebut. Menjenguk dan memberi “oleh-oleh” dari saudaranya bisa menjadi cara untuk mempercepat proses penyembuhan.

Seperti etika dalam menjenguk orang sakit, diusahakan tidak membahas tuntutan tugas dakwah, masalah-masalah dakwah yang harus diselesaikan, tetapi pembicaraan dapat diarahkan mengenai perhatian terhadap dirinya, keluarga dan hal-hal lain mengenai kesulitan prbadi kehidupannya dan akan lebih baik bila menawarkan diri untuk membantunya membantu permasalahan yang dihadapinya.

Bagaimana kabar antum akhi? Sudah lama tidak pernah kelihatan?”

Terdengar lebih baik dan manis daripada teguran “Kemana saja antum? Banyak tugas tuh!” atau “Kemana saja antum? Dimana saja antum bersembunyi antum akan tetap dicari akhi, bahkan bisa jadi catatan kaderisasi untuk tingkatan antum!”.

Atau “Akh, tugas yang kemarin antum dapat ada yang bisa ana Bantu?” juga terasa lebih baik dan melegakan bila dibandingkan “Bagaimana nih kerjaan antum? Kok hasilnya begini?”.

Ucapan-ucapan tersebut kelihatan sederhana tetapi sangat berpengaruh dalam dakwah fardiyah, silahkan baca kembali Sentuhan hati penyeru dakwah, panduan berdakwah syabiah tulisan Abbas As-sisi.

Memanusiakan kader dakwah

"Ikhwan juga manusia" begitu kadang sindiran beberapa akh dalam sebuah pembicaraan. Bersikaplah realistis terhadap kondisi saudara kita. Seorang al-akh yang sangat kekurangan dalam kondisi ekonomi, keluarga, waktu atau kesehatan tidak pernah kita anggap sebagai suatu masalah, tidak kita perhatikan bahkan tidak memberi solusi karena kita menganggap dia adalah kader dakwah yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri karena masalah umat sudah terlalu banyak.

Paradigma yang berbunyi "Masalah dai bukan masalah umat" seharusnya diubah menjadi "Dai adalah bagian dari umat dan permasalahan dai adalah bagian dari permasalahan umat", sehingga dengan demikian, sudah seharusnya kita memberi perhatian lebih terhadap permasalahan yang dihadapi oleh para kader dakwah karena mereka adalah penggerak atau motor dalam masyarakat. Bisa dibayangkan, bila motor penggerak rusak tentu saja tidak akan bergerak dan masyarakat tidak akan berubah karena nilai-nilai dakwah tidak pernah sampai ke masyarakat.

Bahasa Motivasi lebih baik dari bahasa ancaman

Apa yang menyebabkan para ulama kita terus berjuang dan berdakwah serta bersabar dalam medan yang susah pada zaman atau era terdahulu? Tentu saja jawabannya adalah untuk menggapai ridho-Nya dan dimasukkan dalam jannah-Nya, sebuah tujuan utama dalam mengisi lembar dakwah di dunia ini. Dengan adanya tujuan dalam diri mereka amka mereka akan mempunyai daya gerak yang luar biasa sebagaimana kualitas ini disebutkan dalam QS. Al Anfaal: 65 -66, bahwa nilai mereka bisa lebih besar 10 kali, 100 kali bahkan 1000 kali.

"Wahai Nabi (Muhammad) kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti." "Sekarang Allah telah meringankan kamu karena Dia Mengetahui bahwa ada kelemahan padamu. Maka jika diantara kamu ada seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus (orang musuh), dan jika diantara kamu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus ribu orang dengan izin Allah, Allah beserta orang-orang yang sabar."

Sebuah kekuatan yang luar biasa, kekuatan yang melebihi segalanya hingga meruntuhkan rasa takut terhadap ancaman manusia, mereka lebih takut terhadap ancaman Allah SWT, ancaman apabila catatan amal perbuatan yang buruk akan diberikan dari punggung manusia. Mereka lebih takut terhadap ancaman tersebut daripada ancaman yang keluar dari seorang manusia. Motivasi diri itu tumbuh dari kesadaran akan tujuan utama, daya gerak akan keluar dengan kekuatan yang luar biasa. Bandingkan dengan orang yang bekerja atas dasar motivasi Allah semata dengan orang yang bekerja atas dasar takut akan ancaman terhadap manusia, manakah yang akan bergerak secara terus menerus dan mempunyai kekuatan yang luar biasa?

Engkau merangkak mencari mulia, Dan orang-orang yang mencarinya berusaha Sepenuh jiwa menempuh kelelahan Mereka mengejar mulia hingga Banyak yang jemu, Yang akan menemukannya hanya yang sungguh-sungguh dan bersabar. Jangan mengira bahwa mulia adalah kurma Yang akan kau makan, Tak akan pernah kau dapatkan mulia Sebelum pahitnya sabar.

C. PROGRAM IMUNISASI BAGI KADER DAKWAH

Imunisasi, siapa yang tak kenal dengan “program” yang satu ini. Hampir semua dari kita yang mempunyai balita, pasti pernah berinteraksi dengan Imunisasi. Program ini biasanya diberikan kapada anak-anak khususnya Balita untuk memberi kekebelan terhadap beberapa penyakit.

Tidak hanya Balita, semua dari kita membutuhkan kekebalan di segala aspek kehidupan kita. Begitu juga para kader-kader dakwah, penyeru kepada jalan ALLOH, para pejuang kebenaran “Al-Haq”, yang senantiasa menegakkan kalimat-NYA di muka bumi ini, butuh imunisasi untuk “kekebalannya” dari beragam penyakit “Al-Bathil”. Lantaran ”rongrongan” dengan beragam penyakit oleh Al-Bathil terhadap Al-Haq bersifat “abadi”.

Al-Bathil akan senantiasa memerangi Al-Haq dan “pasukan-pasukan” yang berada dibelakangnya, memerangi para pembelanya. Sehingga para kader-kader da’wah membutuhkan “kekebalan” agar ia tidak mudah tumbang dan “menyerah” atas kebatilan. Jika Ust. Fathi Yakan menjabarkan mereka-mereka yang “tumbang” dalam bukunya, “Yang Berguguran di Jalan Dakwah”, sebaliknya, Ust. Abu Ali Marwan menjabarkan mereka-meraka yang “teguh” dalam bukunya “Yang Tegar di Jalan Dakwah”. “Semuanya” bukan tanpa sebab.

Agar dakwah bisa bertahan lama ia harus dibentengi. Termasuk para kader-kader dakwah, para penyeru kepada jalan ALLOH, mereka harus dibentengi dengan imunitas yang baik. Di antara benteng itu adalah sbb:

  1. Al-Isti’ab an-Nazhari

yakni penguasaan teori, penguasaan Kafa’ah keIslaman yang baik, mempunyai bekal pengetahun tentang Al-Islam yang baik. Di dalamnya meliputi pemahamaan Akidah yang betul, termasuk Syari’ah dan pengetahuan-pengetahuan dasar keIslaman lainnya. Ibarat kendaran, ia adalah bahan bakar yang menjadi sumber “energi” untuk bergerak dan melaju.

  1. Al-Isti’ab al-Maknawi

yakni penguasaan moralitas. Pengetahuan dan pemahaman tentang keIslaman tidaklah cukup untuk “menopang” kerja dakwah. Ia harus ditopang juga oleh karakteristik atau moralitas seorang pen-dakwah. Faktor moralitas ini mencangkup amanah, sabar, jujur, dll

  1. Al-Isti’ab al-Amali

yakni penguasaan amal. Pengetahuan dan pemahamaan yang baik, serta moralitas yang baik, tanpa dibarengi amal, ia tidak akan membuahkan apa-apa. Keteguhan dalam ber-amal juga menjadi faktor “penguat” bagi para pen-dakwah agar ia tetap teguh dan tegar di jalan dakwah, seberat apapun hambatannya. KeIstiqomahan dalam beramal adalah faktor penguat hubungan antara ALLOH dan para pendakwah.

Berikut ayat dalam Al-Qur’an, yakni Al ‘Imran 79: [Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya]. Rabbani dalam ayat tersebut menjadi salah satu karakteristik dalam Dakwah. Dalam tafsir Al-Jalalain, kata Rabbani dalam ayat di atas ditafsirkan sebagai “Ulama ‘amilin”, yakni mereka yang berilmu dan faham serta mengamalkannya.

D. JAGALAH ALLAH, PASTI ENGKAU MENANG!

Dari Abul-Abbas Abdullah Bin Abbas, semoga Allah meridoinya ia mengatakan, Aku berada di belakang Rasulullah saw. Beliau mengatakan, Nak, Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan dapati Dia ada di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah; dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa jika seluruh umat berhimpun untuk memberikan manfaat (keselamatan) kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya selain apa yang sudah Allah tetapkan untukmu.

Dan seandainya seluruh umat berhimpun untuk menecelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali kecelakaan yang memang sudah Allah tetapkan untukmu. Telah diangkat pena dan telah kering lembaran-lembaran.(diriwayatkan oleh At-Tirmidzi. Dan dalam riwayat selaian dari At-Tirmidzi, Rasulullah saw. bersabda, Jagalah Allah niscaya kamu akan mendapati-Nya di depanmu; kenalilah Allah pada saat mendapat kemudahan, niscaya Dia akan mengenalmu saat kamu mendapat kesulitan. Ketahuilah bahwa apa yang bukan jatahmu tidak akan mengenaimu dan apa yang menjadi jatahmu tidak akan salah sasaran. Ketahuilah bahwa pertolongan Allah bersama kesabaran; kelapangan ada bersama kesempitan; dan kemudahan ada bersama kesulitan.
(Al-Hakim dan Ahmad)

Kemenangan Islam dan dakwah islamiyyah adalah dambaan para pejuang di jalan Allah. Salah satu bentuk kemenangan itu adalah manakala nilai-nilai ilahiyyah mendapat tempat dalam kehidupan manusia, baik dalam urusan pribadi, keluarga, masyarakat, negara, ekonomi, politik, maupun urusan lainnya. Nilai-nilai ilahiyyah yang dimaksud tentu bukan saja perilaku-perilaku saleh individual akan tetapi juga kesalehan yang berdaya guna semisal keadilan, kejujuran, dan keberpihakan kepada kebenaran apa pun risikonya.

Untuk mencapai kemenangan itu tentu saja setiap Muslim harus berusaha secara optimal dalam batas-batas kemampuan manusiawi. Usaha optimal untuk mencapai kemenangan itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, dan seterusnya. Akan tetapi tetapi harus dipahami bahwa segala upaya sehebat apa pun yang dilakukan manusia bisa tidak punya makna sama sekali manakala tidak memdapat perkenana Allah swt. Dan sebaliknya betapapun serba terbatasnya kaum Muslimin dalam hal material dan kuantitas personal dalam upaya menegakkan kebenaran dan keadilan, jika Allah berkehendak untuk mengaruniakan kemenangan, tak satu kekuatan pun dapat menghalanginya.

Persoalannya adalah, apakah kita termasuk orang yang layak mendapat pertolongan Allah itu? Tentu ada prasyarat pertolongan Allah turun kepada kita. Nah, hadits di atas sarat dengan pesan-pesan luhur yang akan mengantarkan manusia mencapai kemenangan yang didambakan itu. Sampai-sampai sebagian ulama mengatakan, Saya merenungi hadits ini dan saya benar-benar terperangah dengannya. Amat disesalkan bila ada yang tidak memahami makna hadits itu.

Ihfazhillah, jagalah Allah! Menjaga Allah, kata Abul-Faraj Al-Hambali dalam kitabnya Jamiul-Ulumi Wal-Hikam, adalah menjaga aturan-aturan, hak-hak, perintah-perintah, dan larangan-larangan Allah swt. Tentu saja hal itu dilakukan dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika seseorang melakukannya, maka ia termasuk orang-orang yang menjaga aturan-aturan Allah seperti yang disebutkan dalam ayat-Nya: Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) pada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Rabb Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat. (QS. 50: 32-33)

Kata Hafizh (memelihara) yang tercantum pada ayat di atas ditafsirkan dengan menjaga (melaksanakan) perintah-perintah Allah dan menjaga diri dari dosa-dosa dan selalu bersegera untuk bertaubat jika melakukan kesalahan-kesalahan.

Di antara perintah-perintah agung yang harus dijaga oleh setiap Muslim adalah:

  1. Shalat

Secara eksplisit Allah swt. memerintahkan kita menjaga shalat. Firman-Nya: Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu. (QS. 2:238)

Dalam ayat lain Allah memuji orang-orang yang memelihara shalat. Firman-Nya: Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. (QS. 23:9) Semakin banyak aktivitas, semakin berat beban perjuangan, semakin besar target yang ingin kita capai, seharusnya semakin membuat kita dekat dengan Allah. Dan momentum di mana seorang hamba sangat dekat dengan Allah adalah saat ia bersujud. Keadaan yang paling dekat antara hamba dengan Rabbnya adalah saat di sujud. Maka perbanyaklah doa di kala sujud itu, demikian sabda Rasulullah saw. dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim.

Jadi, sangat ironis bila semakin banyak kegiatan malah semakin terlalaikan shalat; dan lebih celakalah lagi bila shalat itu dilalaikan justru dengan alasan kesibukan. Tidak akan ada barokah dari aktivitas yang melalaikan shalat. Apa pun alasannya. Termasuk dengan alasan bahwa yang penting adalah shalat aktivitas. Yang dimaksud dengan shalat aktivitas adalah kegiatan yang diklaim sebagai perjuangan menegakkan kebenaran. Itu saja dianggap cukup sekalipun meninggalkan shalat. Pasti perjuangan itu bukan di jalan Allah melainkan di jalan thaghut.

  1. Janji atau Sumpah

Integritas dan kredibelitas seseorang dapat dilihat, antara lain, dari tingkat komitmennya terhadap sumpah dan janji. Makanya Allah swt. memesankan agar orang beriman berpegang teguh kepada janji atau sumpah yang dibuatnya. Firman-Nya: Dan peliharalah sumpah-sumpah kalian. (QS. 5:89) Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS. 16:91)

Lebih berat lagi bobot janji itu apabila pelanggarannya dapat menyebabkan kesengsaraan orang banyak. Misalnya janji atau sumpah jabatan. Atau janji yang dibuat untuk menarik dan merekrut orang agar mendukung dirinya dan berpihak kepadanya.

  1. Kepala dan Perut

Dan di antara hal yang wajib dijaga adalah kepala dan perut. Rasulullah saw. bersabda, Malu yang sebenarnya kepada Allah adalah engkau menjaga kepala dengan segala yang termuat di dalamnya dan menjaga rongga perut dengan segala yang di kandung di dalamnya. (Ahmad, At-Tirmidzi, Al-Bazzar)

Menjaga kepala dengan segala yang termuat di dalamnya di antaranya dengan menjaga pendengaran, penglihatan, lidah dari hal-hal yang diharamkan. Dan menjaga rongga perut adalah dengan menjaga hati dari segala penyakit hati.

Penjagaan Allah

Penjagaan Allah kepada hambanya menyangkut dua hal:

Pertama, kemaslahatan duniawi seperti penjagaan fisik, anak, keluarga, harta. Ini seperti yang Allah firmankan, Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. (QS. 13:11) Ini terjadi misalnya pada Safinah maula (sahaya yang dimerdekakan oleh) Nabi saw. Saat perahu yang dinaikinya pecah ia terdampar di sebuah pulau. Di hutan ia bertemu dengan seekor singa. Ternyata singa itu memberi petunjuk jalan. Setelah itu sang singa pergi.

Kedua, dan ini yang paling penting, penjagaan dalam urusan agama, keimanan, dan akhlak. Allah menjaga para hambanya hingga mereka bisa menghindari perkara-perkara yang merusak iman dan akhlak, hingga mereka meninggal dunia dalam keadaan iman. Betapa saat-saat ini kita membutuhkan pemeliharaan iman.

Kesejatian cita-cita untuk menegakkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan dengan berbagai upaya harus dibuktikan dengan sikap sejati dalam melakukan pendekatan kepada Allah. Dan kejujuran menegakkan syariat Islam harus dibuktikan dengan kejujuran melaksanakannya baik dalam diri pribadi, keluarga, masyarakat, dan dalam segala peran yang diembannya.

Nikmati Proses Ikhtiarmu

Saudaraku yang baik, ketahuilah, syetan itu berupaya menghancurkan amal kita pada tiga bagian, yakni sebelum, sedang, dan sesudah. Sebelum beramal ditipu olehnya supaya kita mengurungkan niat untuk beramal. Ketika sedang beramal, ditipu olehnya supaya amal kita tidak sempurna. Ketika sudah beramal pun, ditipu olehnya supaya kita riya dan ujub, ingin amal itu dilihat dan dipuji orang.

Hendaknya kita amat waspada menghadapi tipuan-tipuan syetan semacam ini. Kita harus menjaga sekuat-kuatnya ketiga moment amal tersebut. Dan kuncinya adalah sempurnakan ikhtiar baik saat berniat, saat melakukan, maupun saat amal itu selesai ditunaikan. Manakala terdengar adzan dikumandangkan dari masjid, waspadalah syetan akan segera menasehati, Tunggulah barang sebentar lagi sampai adzan selesai. Lagi pula di masjid itu telah biasa tadarus Al-quran dulu sebelum qomat.Segera tepiskan bisikan itu dan pergilah ke masjid! Karena, boleh jadi umur kita akan berakhir begitu adzan selesai. Kalau tidak segera shalat, bahaya. Bisa-bisa kita su'ul khatimah. Ketika sampai di masjid, waspadalah syetan akan kembali menasehati, Duduknya dekat pilar saja supaya bisa bersandar kalau mengantuk tidak! Shaf pertama adalah shaf yang paling utama. Kejar dan sempurnakan ikhtiar kita! Ketika usai mendirikan shalat, waspadalah pula syetan tak akan lelah untuk menasehati. Mungkin kali ini dengan mengutip guyonan teman, Ayo, jangan sampai telat dua kali. Kalau datang telat, maka pulangnya jangan sampai telat juga. Tidak! Lawan! Terjanglah godaan itu dengan cara menyempurnakan shalat kita dengan wirid, dzikir, doa, dan shalat sunnah ba'diyah (kalau ada). Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusuk dalam shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada guna. (QS. Al Mu'minuun (23): 1-3

Manakala melihat orang-orang lain bergegas keluar dari masjid begitu usai shalat, hati-hati. Syetan tak akan sungkan membisiki hati, dengan perasaan ujub dan takabur. Hati pun serta merta akan menggerundel. Lihat orang-orang itu benar-benar tergoda oleh syetan. Mungkin, imannya lagi lemah. Ini meremehkan orang lain. Justeru kita ternyata yang terjebak oleh tipu daya syetan.

Pendek kata, peliharalah agar kita tidak menjadi riya, dan sombong dengan amal-amal kita. Caranya dengan menikmati ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam menyempurnakan setiap amalan kita. Tampaknya amalan-amalan yang demikianlah yang akan membuat Allah mengaruniakan ilmu lanjutan, yakni ilmu yang sebelumnya tidak kita ketahui. Ini hikmah lain dari ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam menyempurnakan setiap amal. Karena. Barangsiapa mengamalkan ilmu yang diketahuinya dengan sebaik-baiknya, niscaya Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang lain yang belum diketahuinya.

Jadi, kalau kita ingin menjadi ahli ilmu yang luas, maka kuncinya adalah dengan berjuang menjadi ahli amal yang disempurnakan dan dijaga mutunya. Jangan tergiur oleh banyaknya amal, tetapi rindukanlah bisa menyempurnakan amal-mal kita.

1 komentar:

  1. Tulisannya sangat menarik. mohon dukungannya untuk blog www.ceritaktivis.blogspot.com
    kirim cerita pengalaman dakwahnya ke email:ceritaktivis@yahoo.co.id

    BalasHapus

Tulis Komentar !!!